Olah Pernapasan | Ketenangan Diri | Puasa Dan Kekuatan Fisik | Meditasi

Minggu, 26 Juni 2011

Olah Pernapasan yang dilambari Dikir (2)


Dimana Idealnya ? 
Sesuai dengan kondisi zaman, metode jurus penggalian tenaga dalam adalah mempertahankan metode-metode tempo dulu. Cuma, harus sudah mulai merenovasi minat atau program batin. Jika pada zaman dulu lebih memprogram tumbuhnya kekuatan tenaga dalam (kanuragan), pada zaman sekarang lebih menuntut pada kesehatan jasmani dan rohani. Secara berimbang, ini lebih eksis dengan program Pemerintah tentang Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya.

Kesimpulan ini saya dapatkan ketika saya mencoba mengevaluasi hampir dua dasa warsa saya menggeluti olah raga pernapasan. 
Pada masa-masa tersebut, saya lebih merasakan seringnya berkelahi dengan syetan ( baca : hawa nafsu ). Problem kehidupan yang kalah berarti stress.

Sedangkan beladiri yang berasal dari serangan fisik (manusia) , seingat saya baru dua kali. Itupun (pertama) karena membela orang lain yang teraniaya dan klimaksnya selesai dengan adu mulut tanpa harus memanfaatkan jurus-jurus beladiri pencak silat pernapasan.

(kedua) ketika di lingkungan dekat saya ada pencuri sebanyak tiga orang dan sebenarnya yang dicuri adalah milik tetangga yang pada saat itu tidak ada di rumah. Saya terpaksa menggunakan jurus-jurus beladiri yang saya miliki karena saya mendapatkan serangan fisik dari para pencuri yang jumlahnya tiga orang dan semuanya memegang senjata tajam. Saya pada saat itu sendiri dan tanpa senjata apa-apa.

Ringkasnya, semua senjata yang dipegang para pencuri terlepas dan terpental jauh dan para pencuri berusaha melarikan diri.

Karena saya seorang diri, tidak mungkin saya bisa memegang semua pencuri. Akhirnya saya hanya dapat meringkus seorang pencuri dan saya serahkan kepada pihak berwajib setelah pencuri itu babak belur dihakimi masa.

Dan ketika pencuri itu dalam masa persidangan di kantor Pengadilan saya sempat ketemu anak dan istrinya. Karena saya diundang untuk hadir sebagi saksi dalam sidang.  Anaknya laki-laki dan saat itu kira-kira masih berumur delapan tahun. Setelah sidang selesai dan pencuri dijatuhi hukuman empat bulan potong tahanan, saya sempatkan untuk menemui anak dan istri pencuri itu. 

Saya minta maaf kepada pencuri (yang saat itu dekat dengan anak istrinya) , minta maaf kepada istri pencuri juga anaknya. Setelah saya minta maaf kepada mereka  Pegawai Rutan mengajak sang pencuri untuk menuju mobil Tahanan. Pencuri itupun berpamitan kepada istrinya, mereka saling berpelukan dan di kedua mata mereka mengucur air mata.
Air mata itu sangat memukul telak terhadap batin dan nurani saya saat itu ketika istri pencuri mengajak anaknya untuk pulang "Ayo nak pulang, Bapak masih akan cari duit". Apa jawab sang anak "Buk, aku tidak  mau pulang. Aku ikut Bapak. Aku tidak mau pulang kalau tidak dengan Bapak". 

Begitu mendengar ucapan anak tersebut, tidak terasa dan tanpa saya sadari sayapun meneteskan air mata dan serasa seluruh tubuh saya lemas tak berdaya. Saya merasakan pukulan telak terhadap diri saya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya saya bergegas meninggalkan mereka setelah saya berikan selembar uang kertas yang tak seberapa nilainya kepada anak pencuri itu. 

Ternyata saya bukanlah orang yang kuat. Kisah di atas adalah sebuah kisah nyata yang saya alami sendiri. Dengan demikian memang benar adanya bahwa Rasulullah pernah berkata bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang mampu mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi mereka yang kuat adalah orang-orang yang mampu menahan amarah atau nafsunya. Karena pada kenyataannya musuh yang paling sering kita hadapi dan sangat berat untuk menundukkannya adalah hawa nafsu ; musuh yang tidak nampak oleh mata kita, musuh yang ada dalam diri kita sendiri ; emosi, hawa nafsu dan amarah.

Dikir dan Olah Nafas  

Beberapa perguruan tenaga dalam masih menghadapi beberapa kendala dalam memodifikasi olah nafas dan dikir. Masalahnya  :

a. karena ke-sembilan asma'ul husna sudah mentradisi dan terlanjur "dimantrakan" jika dibanding manfaatnya sebagai ibadah Dikir.

b. jurus-jurus pernafasan yang terdapat di perguruan beladiri memiliki aturan nafas yang benar-benar sangat berbeda jika dibandingkan dengan aturan-aturan nafas yang ada dalam nafas-dikir.

Sebagai contoh, rangkaian gerak jurus tarik-dorong ataupun tarik-tahan-buang.
Orang-orang yang memprogram aktifitas tersebut sebagai sarana untuk melatih secara fisik dan memperolah ketentraman batin yang akan memasukkan unsur dikir di dalamnya.

Yaitu tarikan nafas disertai dikir "Alloh" dan hembusan nafas disertai dikir "Alloh-Huu", memiliki nilai-nilai spesifik. Singkat lafalnya, mudah diingat dan memiliki hikmah yang sangat luas. Diantaranya untuk menghadirkan kalimah suci ke dalam hati, bermakna dikir dan Alloh telah menjajikan bahwa hanya dengan mengingatNya (dikir) hati menjadi lebih kuat dan tentram.

Karena itulah, setiap kali ada orang hendak berlatih olah nafas atau tenaga dalam, terlebih dahulu ditanya apa motivasinya. Jika yang diinginkan hanya sekedar keluar keringat, genjot saja olah fisik dan nafasnya.
Jika yang diinginkan kebugaran jasmani dan rohaninya, harus digenjot fisik , nafas dan dikirnya.

Kenyataannya orang-orang modern memilih yang terakhir, karena mereka menyadari, lawan yang dihadapi bukan sekedar penyakit dari luar, tetapi penyakit rohani yang bersumber dari dalam diri seseorang. yang justru menyebabkannya menjadi kalah, ambruk dan hancur.


Untuk menghadapi masalah tersebut, tak ada jalan lain kecuali meningkatkan antibodi yang bersumber dari keselarasan, keseimbangan dan kesehatan jasmani rohani.
Salah satunya adalah melakukan gerak jurus beladiri, olah nafas dan dikir.

Hakiki

Diprogram atau tidak, olah pernafasan yang disertai dikir jelas memiliki nilai lebih. Disamping mempengaruhi ketentraman batin juga berpengaruh terhadap ketajaman indera keenam., sekaligus bentuk latihan (membiasakan diri) untuk mengingat Alloh. Sehingga seseorang akan selalu dituntut oleh bisikan hati dan batinnya untuk melakukan dikir di luar program jurus nafasnya.

Dan inilah yang disebut "dikir hakiki", yaitu dikirnya seluruh anggota badan di dalam mengingat Alloh.
Diawali dari latihan dikir ketika menggeser kaki, atau mengayunkan tangan di saat latihan jurus-jurus beladiri maupun jurus-jurus tenaga dalam.
Diharapkan latihan-latihan tersebut akan diaktualisasikan pada hakikatnya dikir, yaitu dikirnya seluruh anggota badan dalam menjalani kehidupan.

Semoga Alloh menjadikan kita semua menjadi insan kamil. Amin. 

( Dikir ; Zikir )    


Olah Pernapasan Yang Dilambari Dikir Bagian 1 | Bagian 2

Tidak ada komentar:

Mersudi Patitising Tindak, Pusakane Titising Hening - Ismail Wiroprojo