DIKIR,,DIKIR,,DIKIR adalah mengingat Alloh dengan SEGENAP
HATI, PIKIRAN dan RASA. Dikir merupakan salah satu ibadah sunnah dan
diyakini memiliki "bias-bias" positif bagi orang-orang yang
mengamalkannya.
Secara khusus Al Qur'an menuturkan bahwa "Hanya dengan mengingat Alloh (dikir ) hati menjadi lebih tentram.
Para ahli hikmah kemudian menjabarkan lebih luas lagi. Dikir diyakini sebagai media untuk membersihkan "kaca batin", sekaligus mengusir kekuatan setan, iblis ataupun jin jahat yang ada dalam hati manusia.
Harus kita ketahui bersama bahwa hati manusia terbagi menjadi dua bagian. Sebagian dikuasai malaikat dan sebagian dikuasai setan, iblis ataupun jin jahat. Dengan melakukan dikir diyakini mampu mempersempit kekuasaan setan, iblis maupun jin jahat dalam hati manusia.
Kekuasaan Malaikat dapat dikategorikan sebagai "pancaran Positif" dan kekuasaan setan, iblis atau jin jahat dikategorikan sebagai "pancaran negatif".
Kekuatan malaikat dan kekuatan setan, iblis maupun jin jahat, keduanya membiaskan pancaran dan mempengaruhi perilaku manusia sehari-hari.
Pancaran positif adalah semua perilaku manusia yang bersifat positif, misalnya sifat sabar, tenang, pengasih, penyayang, dan lain-lain.
Sedangkan pancaran negatif adalah semua bentuk perilaku manusia yang negatif atau merugikan, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Misalnya tamak, pemarah, gelisah, dan lain-lain.
Di kalangan perguruan yang mengembangkan pernapasan untuk tenaga dalam, dikir bukan hanya berfungsi untuk kepentingan tersebut, meskipun seharusnya dikir dilakukan dengan penuh keikhlasan karena sebagai ibadah sunah.
Dikir apabila dilakukan dengan ikhlas tetap memiliki "bonus" bagi orang-orang yang mau mengamalkannya. Minimal memiliki ketentraman hati dan maksimalnya mampu membangkitkan tenaga batin, mempertajam indera keenam dan kekuatan kodrati di luar alam sadarnya.
Jika seseorang mau melakukan dikir dengan sepenuh hati dan benar-benar ikhlas kemudian memiliki hal-hal tersebut, tidaklah aneh, karena hal ini merupakan bukti bahwa Alloh telah memenuhi janjinya, "Aku (Alloh) selalu menyertai (membantu) manusia yang mau mengingat Aku (Alloh)", (Hadits).
Karena adanya keyakinan pada pancaran positif dari aktifitas berdikir, sebagian para ahli hikmah kemudian memandang perlu untuk memodifikasikan olah dikir dengan olah nafas, yaitu mengamalkan dikir bersamaan dengan olah nafas.
Kemudian di kalangan perguruan pernapasan dan tenaga dalam ada yang mengenal jurus asma'ul husna, yaitu tata gerak dan nafas yang disertai dikir sembilan asma'ul husna: Ya Aliyyu, Ya Maliyyu, Ya Wafiyyu, Ya Waqiyyu, Ya Qawiyyu, Ya Ghoniyyu, Ya Waliyyu, Ya Baqiyyu
Di jaman sekarang, realita di lapangan membuktikan bahwa "jurus-dikir" cenderung menempatkan asma'ul husna sebagai kekuatan (kanuragan).
Tetapi kebanyakan orang lebih memperhatikan pada kesehatan yang bersifat ragawi (fisik), sehingga banyak orang lebih memfokuskan pada olah nafas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar